Related Posts with Thumbnails
Link2Communion.com

Antara emas, kayu dan tanah

Rabu, 11 Februari 2009



Teman, Layakkah kita menyandang gelar remaja manja. Padahal mata ini pernah menyaksikan sebuah penomena kehidupan. Tentang daun yang layu, kering, lalu berguguran di tanah. Tentang malam yang kian pekat menjelang pagi. Tentang embun pagi yang menghilang. Tentang awan yang berarak. Tentang jasad yang masuk liang lahat. Bukankah kita pernah menyaksikan?
Manja! Sebuah kata selayak tanah yang lepek, emas dalam lumpur, atau kayu yang keropos. Padahal tanah-tanah lepek yang ditempa sedemikian rupa, lalu dipanggang dalam perapian yang tinggi. Menjelma sesuatu yang kian berharga. Yang karenanya kita bisa bernaung dari teriknya mentari dan dinginnya air hujan. Sesuatu yang tak berharga, akan kian berharga ketika ia telah ditempa dengan kelelahan, penderitaan dan melewati perjuangan.
Begitu pula kayu. Bila ia hanya dibiarkan terbujur kaku merapat dengan tanah yang lembab. Menjadikannya kian keropos lalu hancur. Karena lapuk digerogoti rayap-rayap lapar. Dan hawa dingin yang mematahkan. Padahal kita menyaksikan, kayu-kayu yang terkena hantaman martil-martil keras. Serutan pahat-pahat tajam. Dan tusukan paku-paku besi yang menghujam. Ia kian bernilai. Lebih bernilai, bahkan sangat bernilai. Ini mengingatkan kita tentang perjuangan para remaja aktivis dakwah. Ia melewati alur penuh rintangan yang menghantam, pitnah yang menghujam dan cemooh pula kritik-kritik pedas yang menghiris. Namun, kesabaran dan keikhlasan mereka dalam berjuang, menjadikannya kian bernilai. Lebih bernilai. Dan sangat bernilai.
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al Maaidah, 11)
Lalu kita perhatikan emas yang berbinar di dalam etalase-etalase bening. Harganya melambung tinggi. Bentuknya kian cantik. Dan tempatnya kian layak. Padahal ketika ia masih tertimbun dalam tanah yang kotor. Terhimpit di antara bebatuan yang keras. Ia tak berharga sama sekali. Namun setelah tangan-tangan kasar mengeruknya. Hingga ia keluar dari persembunyiannya yang damai. Nampaklah berapa harganya. Kian jauh ia melangkah dalam sebuah proses, makin bertambah pula harganya. Ini mengingatkan tentang segolongan remaja yang melanglang buana. Dengan berkeliling jagad dengan jasadnya, dengan pikirannya bahkan hanya dengan impiannya. Ia kian bernilai. Keluarlah dari zona kenyamanan. Dan hadapi resiko kehidupan dengan banyak berkelana (bersilaturahmi) dan melanglang jagat (meski hanya lewat buku). “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Al Jumu’ah, 10)

0 komentar:

Posting Komentar

About This Blog

  © Blogger template Brownium by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP