Related Posts with Thumbnails
Link2Communion.com

Remaja juga hamba; motivasi remaja

Rabu, 11 Februari 2009

Teman, siapakah ia yang mengajari kita kemanjaan. Padahal seorang ibu berpeluh penat ketika mengandung kita, menahan beban yang tambah hari kian berat, bahkan bertaruh nyawa ketika melahirkannya. Apakah dari pengorbanan seorang ibu terdapat tanda-tanda yang mengajari kemanjaan pada kita?

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (Lukman, 14)
Teman, siapa pula yang mengajari kita kemanjaan. Padahal seorang ayah berpalang tulang seharian, memeras keringat menahan penat. Menahan terik di siang hari. Menahan dingin saat hujan mengguyur badan. Bahkan ada sebagian yang bertaruh nista dengan melupakan kewajibannya sebagai hamba. Mereka sibuk bekerja, sehingga shalat tak tertunaikan. Malah tak sedikit dari mereka yang berbuat curang demi memperoleh harta kekayaan. Sungguh beruntung bagi seorang remaja yang memiliki seorang ayah yang teguh menjalankan amanah sebagai hamba. Yang hidupnya lurus di jalanNya. Sehingga setiap derap langkah dan hembusan napasnya adalah tanda ketaatan kepadaNya. Lalu, apakah dari perjuangan seorang ayah mencari nafkah terdapat tanda-tanda yang mengajarkan kemanjaan kepada putra-putrinya?
“laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (An Nuur, 37).
Atau apakah alam mengajari kita kemanjaan? Padahal dedaunan yang menghijau di puncak pohon lebih banyak menghalang terpaan badai. Ia kokoh tak berguguran. Sementara dedaunan tua yang mulai mengering yang berada di lembah pohon berjatuhan, meski hanya diterpa angin yang semilir. Lalu, pantaskah dedaunan muda yang berada di puncak pohon terlebih di lembah pohon berjatuhan hanya karena diterjang angin sepoi-sepoi? Padahal kebanyakan bunga-bunga yang mekar akan muncul dari pucuk-pucuk tangkai daun muda. Yang bertahan dari hantaman angin. Yang teguh mempertahankan diri. Dan tak patah semangat untuk terus menjadi yang terbaik. Adakah tanda-tanda kemanjaan bagi seorang remaja itu nampak di alam?
Atau sisihkanlah secuil waktu untuk memperhatikan makalah-makalah yang diracik oleh para ulama. Rasanya begitu pahit (menusuk), kadang hambar (membosankan). Bahasa yang berat, keras, tajam menghujam, nampak benar mereka menghindari sajian yang penuh lelucon atau mengada-ada. Karena mereka tak menghendaki generasinya manja, lembek terlebih cengeng. Ia menyajikan risalah yang berbobot dengan hujjah yang tinggi. Yang karenanya risalah buah karya mampu menembus relung jiwa-jiwa durjana. Jiwa yang keras membatu. Adakah tanda-tanda yang tersurat dalam karya-karya penomenal mereka yang mengajari kita kemanjaan?
Kini, beranikah engkau wahai remaja untuk berkata : “Aku seorang remaja! Yang ibarat waktu adalah waktu pajar. Simbol kemunculan semua kebaikan. Identitas masa muda. Tonggak kemenangan. Lambang kehidupan. Bukti gerak dan dinamisme. Dalil kebenaran dan keadilan. Dan tanda kekuatan.”
Lalu, apakah masih layak engkau mengunyah risalah-risalah cengeng, hampa dan tak berbobot. Yang menyajikan adonan syahwat dan lelucon belaka. Yang karenanya jiwamu kian lemah, penakut bahkan pengecut. Yang menjadikan hatimu bernoda hingga berkarat, membatu bahkan mati. Padahal dengan kekuatan masa mudamu, engkau bisa memilih. Menentukan. Melawan. Bahkan menyerang.
Untuk apa memilih sesuatu yang rendah dan tak bernilai, bila sesuatu yang lebih tinggi dan berharga masih bisa engkau raih. Engkau bukanlah kerbau dungu pembajak sawah, namun seorang hamba yang bebas merdeka. Jangan ada kata mengekor untuk hal-hal konyol, gila terlebih sepele. Padahal engkau kuasa melakukan sesuatu yang besar dan luar biasa. Karena remaja, adalah puncak segala kekuatan. Kecemerlangan dalam berpikir. Ketangguhan jasad. Puncak semangat. Dan tonggak keberanian tertinggi. Yang semua itu dapat dijadikan pendongkrak diri dalam meraih kesusesan dan kemuliaan. Adakah remaja yang berani mencoba?

0 komentar:

Posting Komentar

About This Blog

  © Blogger template Brownium by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP